Sejarah & Budaya

C Poortman ” Residen Jambi ” Ke 7 (1923-1925)

Oleh; Via Dicky (Sejarahwan)

SepucukJambi9Lurah. KataFakta.id

Perbincangan mengenai sosok C. Poortman memang tak habis2 nya dibahas kalangan para peminat sejarah Indonesia.

Ada seorang ahli yang menyebutkan bahwa sosok C.Poortman dimasa Hindia Belanda adalah tokoh fiktif alias tak ada. Beliau sudah mendatangi Leiden menyelidiki apakah C. Poortman memang wujud dimasa itu atau tidak. Dalam pernyataan nya, disebutkan setelah di cek, ternyata nama itu tak ada di Leiden. Saya tidak tau kemana beliau bertanya tentang tokoh ini di Belanda.
Dalam beberapa laporan dan arsip KITLV nama C.Poortman banyak disebut-sebut menulis laporan atau surat kepada Gubernur Batavia maupun Ratu , antara lain ketika ia bertugas di Jambi, Sumatera Utara ataupun Semarang. C.Poortman bertugas di Jambi sebagai Residen Jambi selama dua tahun . Yakni 1923-1925. Lalu ke Tanah Batak, dan memimpin penggeledahan Klenteng Sam P’o Kong Di Semarang dengan mengambil naskah kuno berbahasa Tionghoa disana sebanyak 3 cikar (pedati yang ditarik lembu) .
Laporan mengenai wilayah yang ia diberikan tugas tercantum pada arsip Leiden, bersama-sama pegawai Belanda lainnya seperti Haga, Faubel, atau Helfrich . Sepatutnya, kita apresiasi tulisan MOP (Mangaraja Onggang Parlindungan) tentang kedekatan ayahnya dengan C Poortman. Sebab C. Poortman itu bukan tokoh fiktif ,namun wujud adanya.

C. Poortman ( – Belanda, 1951) adalah seorang pejabat pemerintah kolonial Belandadi wilayah Hindia Belanda. Eksistensi tokoh ini dalam sejarah masih menyisakan banyak tanda-tanya.
Poortman belajar Indology di Delft and kemudian ditunjuk sebagai Administrative Cadet di Netherland Indies dan ditempatkan di Tapaktuan di Sumatera Utara. Tahun 1904 ia ditunjuk menjadi Controleur di Sipirok, lalu menjadi Residen di Jambi, dan akhirnya Ia menjadi Acting Adviser pada departemenNative Affairs di Batavia. Tahun 1914-1918 Poortman belajar bahasa Tionghoa dan pada tahun 1928 berhasil mendapatkan akses ke dokumen-dokumen berbahasa Tionghoa diKelenteng Sam Po Kong, Semarang. Tahun 1930 ia pensiun. Dalam kurun waktu 1930-1940 ia menjalankan risetnya di Belanda, khususnya dalam bidang sejarah Batak, dan memiliki dokumen-dokumen di Amsterdam yang dibawanya pulang ke rumah di Voorburg. Tahun 1951 ia meninggal di Belanda.
Kontroversinya adalah
Klenteng Sam Po Kong, Semarang.
Poortman memimpin penggeledahan Kelenteng Sam Po Kong di Semarang dan mengangkut naskah berbahasa Tionghoa yang terdapat di sana, sebagian telah berusia 400 tahun pada saat itu, sebanyak 3 cikar (pedati yang ditarik lembu), pada tahun 1928 dalam rangka tugas yang diembannya dari pemerintah kolonial Belanda untuk menyelidiki apakah Raden Patah itu orang Tionghoa atau bukan. Walaupun tokoh ini belum benar-benar dapat dibuktikan keberadaannya, atau juga apakah merupakan orang yang lain akan tetapi berada posisi jabatan yang sama pada saat itu , akan tetapi Mangaraja Onggang Parlindungan telah mengutip banyak pernyataannya dalam bukunya Tuanku Rao , yang kemudian juga disitir secara kerap oleh Slamet Muljana dalam bukunya Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara dan juga analisis-analisis lain.

Ricklefs menyatakan bahwa usaha-usaha pencarian oleh para sarjana Belanda untuk mengidentifikasi Poortman tidak menghasilkan apa-apa. Seharusnya Poortman adalah seorang yang cukup tinggi jabatannya, dan mengingat juga terdapat klaim yang menyatakan bahwa ia adalah murid dari Snouck Hurgronje dan guru dari van Leur .

Keberadaan Poortman dan cerita yang disampaikannya kepada Parlindungan masih merupakan hal yang spekulatif, dan mungkin imaginatif .

Dalam kasus lain tercatat bahwa Poortman merupakan orang yang berperan dalam perjalanan Arsip Bakkara, yang merupakan file-file pemerintahan Raja Sisingamangaraja XI. Arsip ini berpindah-pindah tangan selanjutnya dari koleksi Joustra dan akhirnya jatuh ke tangan Poortman di Voorburg, Belanda.

Bahkan katanya Sejarawan sekelas Ricklefs, Pigeaud, De Graff hingga Russel Jones meragukan keberadaan Portmaan.

Padahal dalam Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indië 1823-1942 (Batavia : Landsdrukkerij, 1823-1942) mencatat C. Poortman adalah Residen Jambi ke 7 yang mulai bertugas 7 Maret 1923 – 1 April 1925. #catatan Ahir tahun
(415/Tim PUDAS Jambi)

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button