KATAFAKTA, PONTIANAK – Sultan Pontianak IX, Syarif Machmud Melvin Alqadrie berencana melaporkan AM Hendropriyono ke polisi. Syarif Machmud tidak terima Hendropriyono menuduh Sultan Hamid II adalah pengkhianat.
AM Hendropriyono yang menyebutkan ras dan Sultan Hamid II, kakek beliau Sultan Pontianak IX, tak layak diberi gelar pahlawan nasional karena merupakan seorang pengkhianat.
“Saya mengambil sikap dalam waktu dekat, marwah dari pada kakek saya, setelah malam ini kita bertemu Insya Allah saya berikutnya mengambil langkah hukum, yaitu membuat laporan ke polisi, langkah kedua membuat somasi kepada AM Hendropriyono itu sendiri,” ujar Sultan Syarif Machmud Melvin Alqadrie kepada hadirin di Keraton Kadariah Pontianak.
Menurut Syarif Machmud Melvin, Sultan Hamid II telah berjasa sejajar dengan tokoh pahlawan perjuangan nasional lainnya, terlebih kakeknya ini adalah perancang lambang negara burung Garuda Pancasila, yang seharusnya layak mendapatkan gelar pahlawan nasional.
“Setelah langkah ini saya lakukan, saya akan menyurati Presiden Jokowi secara terbuka, supaya semua masyarakat mengetahui sikap tegas kami atas pernyataan itu, dan saya minta semua masyarakat tetap tenang dan tidak melakukan tindakan apapun terhadap pernyataan Hendropriyono yang telah viral ini,” ucapnya.
Sebelumnya, Pangeran Sri negara, Syarif Mahmud Alqadrie bersama 23 pengacara secara resmi telah melaporkan Hendropriyono ke Polda Kalbar, Senin (15/6/2020). Laporan ini diterima Ditreskrimsus Polda Kalbar.
Laporan polisi ini berawal dari pernyataan Hendropriyono yang menyatakan setiap tahun pihak keluarga mengajukan Sultan Hamid II sebagai pahlawan nasional. Hendro selalu menentang pengajuan itu.
Hendro menyebut pengakuan bahwa Sultan Hamid II adalah perancang Burung Garuda adalah palsu belaka.
“Pengakuan mereka palsu bahwa Sultan Hamid II Alkadrie perancang simbol Negara Burung Garuda. Perancangnya itu dulu tim. Dia hanya koordinatornya. Keputusan burung gambarnya begitu adalah oleh Dwi Tunggal Sukarno-Hatta. Bukan dia. Hakikat simbol adalah frasa Bhinneka Tunggal Ika, tapi itu kan karangan Mpu Tantular abad IV, bukan juga karangan dia,” papar Hendro.***
Muhamad Usman