
Pendahuluan
Manajemen pada dasarnya adalah proses mengelola, menata, serta mengarahkan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam perspektif Islam, konsep tersebut sejatinya telah dicontohkan oleh Allah SWT melalui keteraturan ciptaan-Nya. Al-Qur’an menegaskan bahwa seluruh makhluk berjalan dalam ketetapan yang pasti dan penuh hikmah (QS. Al-Qamar: 49).
Pengaturan bumi dan alam semesta tidak dilakukan secara acak, melainkan melalui sistem yang rapi dengan perantara malaikat. Mereka adalah figur ketaatan dan profesionalisme, menjalankan setiap amanah tanpa cela. Inilah gambaran ideal yang bisa dijadikan teladan bagi manusia dalam mengelola organisasi.
Prinsip Manajemen Ilahi
Allah SWT menetapkan hukum keteraturan kosmos dengan sempurna: peredaran matahari, rotasi bumi, pergantian siang-malam, hingga siklus kehidupan. Semua tunduk pada aturan yang pasti seperti dalam QS. Yasin: 38–40 (Terjemahan: 38. dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. 39. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. 40. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya). Dalam bahasa manajemen, terdapat perencanaan yang matang, pengorganisasian yang sistematis, pelaksanaan yang tepat, serta pengawasan yang mutlak.
Allah telah menetapkan takdir sejak awal penciptaan, lalu menugaskan malaikat sesuai bidangnya. Mereka bekerja penuh disiplin, tanpa penundaan maupun kesalahan, karena Allah Maha Mengetahui setiap amal perbuatan makhluk-Nya.
Profesionalisme Malaikat sebagai Cerminan Manajemen
Setiap malaikat mengemban amanah tertentu: Jibril menyampaikan wahyu, Mikail mengatur rezeki, Israfil meniup sangkakala, Izrail mencabut nyawa, Raqib dan Atid mencatat amal, Malik menjaga neraka, dan Ridwan menjaga surga. Tidak ada yang bertukar tugas atau lalai dalam menjalankan perintah, karena peran mereka sudah ditetapkan secara jelas.
Hal ini menunjukkan adanya pembagian kerja yang tegas, sesuai dengan prinsip manajemen modern: spesialisasi, kedisiplinan, dan kepatuhan. Firman Allah dalam QS. At-Tahrim: 6 menegaskan bahwa para malaikat tidak pernah mendurhakai Allah, dan mereka selalu melaksanakan apa yang diperintahkan.
Analogi ini dapat ditarik dalam kehidupan manusia, terutama di organisasi atau lembaga pendidikan. Bila setiap anggota melaksanakan peran sesuai kompetensi, dengan disiplin dan tanggung jawab, maka sistem akan berjalan efektif sebagaimana malaikat dalam melaksanakan tugas.
Implikasi bagi Kehidupan Manusia
Manajemen Allah melalui perantara malaikat mengajarkan beberapa prinsip utama bagi manusia. Pertama, pembagian tugas yang jelas agar tidak terjadi tumpang tindih. Kedua, pentingnya profesionalisme dalam melaksanakan pekerjaan. Ketiga, disiplin dan kepatuhan menjadi syarat tercapainya tujuan. Keempat, adanya pengawasan yang memastikan jalannya sistem sesuai rencana.
Dalam dunia pendidikan, Rektor, kepala sekolah, Dosen, guru, tenaga kependidikan, mahasiwa dan siswa masing-masing memiliki tanggung jawab yang berbeda. Jika semua pihak bekerja sesuai amanah, dengan etos kerja seperti malaikat, maka tercipta lembaga pendidikan yang berkualitas dan bernilai Islami.
Kesimpulan
Manajemen Allah atas bumi dan alam raya memperlihatkan keteraturan serta kesempurnaan sistem. Malaikat sebagai pelaksana perintah-Nya menjadi teladan dalam hal profesionalisme, kedisiplinan, dan ketaatan. Dari sini manusia dapat mengambil pelajaran penting untuk mengelola organisasi atau lembaga, dengan menjadikan nilai-nilai manajemen Ilahi sebagai inspirasi, agar setiap amanah dapat dijalankan secara efektif dan sesuai dengan prinsip Islam.
Penulis adalah: Dosen Tetap pada Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Batang Hari-Jambi(Red)



