Katafakta.id – Jawa Tengah – Meskipun upaya pengendalian telah dilakukan selama bertahun-tahun, banjir tetap terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah pada 6 dan 23 Februari 2021. Dibutuhkan perencanaan dan penanganan terintegrasi, termasuk terkait pengelolaan daerah aliran sungai. Sebab, banjir tak hanya disebabkan cuaca, tetapi juga ulah manusia.
Banjir yang terjadi pada Sabtu, (6/2/201) pagi, yang diawali hujan lebat, menyebabkan sedikitnya delapan dari 16 kecamatan di Kota Semarang terdampak. Bahkan, Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani dan Stasiun Semarang Tawang lumpuh pada hari tersebut. Pada sejumlah titik, terutama di wilayah timur, banjir tidak surut selama berhari-hari.
Sementara pada Selasa, (23/2) sore, meski intensitas hujan tak setinggi sebelumnya, banjir kembali menggenangi sejumlah wilayah, termasuk kawasan Simpang Lima dan Jalan Pahlawan. Bahkan, sebagian area kompleks kantor Gubernur Jateng turut kemasukan air. Meski di perkotaan air surut cepat, di Jalan Kaligawe dan Genuk, banjir berlangsung berhari-hari.
Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Agus Justianto, Rabu, (3/3/2021) mengatakan, bencana hidrometeorologi disebabkan perubahan iklim atau cuaca ekstrem dan kondisi daya dukung daerah aliran sungai (DAS) yang menurun. Dua banjir dalam sebulan di Kota Semarang perlu mendapat perhatian serius.
Banjir tersebut menghambat aktivitas keluar masuk pasien, barang hingga kebutuhan obat-obatan.
“Banjir di Semarang harus ditangani secara terintegrasi, dari hulu ke hilir. Tak hanya Kota Semarang, tetapi juga melibatkan kabupaten lain di hulu. Ini sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS. Penyusunan rencana pengelolaan dan monitoring DAS dalam provinsi atau lintas kabupaten/kota, dilakukan gubernur,” ujar Agus dalam webinar Menguak Tabir Banjir Semarang : Tinjauan Pengelolaan DAS yang digelar KLHK, Rabu (3/2/2021).