
TEBO– Ketegangan antara Koperasi Tujuan Murni (KTM) dan PT Tebo Indah kembali mencuat ke permukaan. Ketua Badan Pengawas KTM, Fahrul Azri yang akrab disapa Lik Lembeng, memberikan pernyataan tegas kepada seluruh petani mitra untuk tidak terprovokasi oleh isu-isu yang berpotensi memecah belah.
Lembeng menyampaikan bahwa langkah pengurus KTM periode 2025 di bawah kepemimpinan Sulaiman dinilai sudah tepat karena berfokus pada perjuangan hak-hak petani. Ia meminta agar para petani tidak terpengaruh oleh narasi yang bisa jadi merupakan upaya pengalihan isu dari pihak perusahaan.
“Petani jangan terprovokasi dengan kegiatan yang justru memecah belah. Itu bisa saja pengalihan isu untuk menghalangi kerja pengurus,” tegasnya.
Ia menyoroti bahwa kemitraan antara petani dan PT Tebo Indah yang telah berlangsung selama belasan tahun justru dinilai tidak memberikan manfaat maksimal. Banyak kebun sawit terbengkalai, lahan tidak tertanam, bahkan ratusan hektar mengalami kerusakan parah akibat aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di area HGU perusahaan.
“Bagi hasil kecil, kebun tidak terawat, ada ratusan hektar yang rusak akibat PETI. Bagaimana mau dapat hasil tinggi kalau kondisinya begini?” ujarnya dengan nada kecewa.
Lembeng juga menuding PT Tebo Indah hanya mementingkan keuntungan sepihak tanpa memperhatikan komitmen kemitraan yang telah disepakati sejak awal.
“Perusahaan itu hanya mikirkan untungnya sendiri. Kondisi kebun yang rusak ini sudah jadi bukti bahwa PT Tebo Indah tidak konsisten dengan janjinya,” tandasnya.
Dalam pernyataannya, ia mengajak seluruh petani mitra untuk bersatu dan tidak terjebak dalam permainan isu yang bisa melemahkan perjuangan koperasi.
“Yang kita butuhkan sekarang adalah persatuan. Kalau kita kompak, perjuangan untuk kesejahteraan petani bisa terwujud,” pungkasnya.
Sementara itu, mencuat pula isu mengenai adanya rapat luar biasa yang disebut-sebut ilegal karena cacat prosedur dan tidak sesuai dengan regulasi koperasi. Isu ini dikhawatirkan menjadi pintu masuk untuk melemahkan perjuangan pengurus KTM dalam menuntut keadilan bagi para petani mitra.
Rio Andika